DINAS PARIWISATA PEMUDA DAN OLAHRAGA

KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

Alek Bakajang Gunuang Malintang Tidak Hanya Sekedar Alek Biasa

Admin
Jumat, 28 Agustus 2015
3,320 Dibaca
...

Sebagian besar masyarakat Kabupaten Lima Puluh Kota mungkin sudah sering mendengar tentang salah satu tradisi unik yang dilakukan setiap memasuki hari raya Idul Fitri oleh masyarakat Nagari Gunuang Malintang  Kecamatan Pangkalan ini. Namun bagi yang belum pernah mendengarnya, akan diuraikan kembali tentang Alek Bakajang Gunuang Malintang yang tidak hanya sekedar alek biasa ini.

Menurut bahasa melayu kuno kajang berarti perhu/sampan, dan kajang ini digunakan sebagai alat jalang-manjalang mengarungi dan melintasi Sungai Batang Mahat untuk silaturahmi yang dilaksanakan setelah Hari Raya Idul Fitri dengan tujuan meningkatkan silaturahmi antara anak kemenakan 4 (empat) suku yang ada di jorong nagari Gunuang Malintang tersebut. Adapun keempat suku tersebut  sebagai berikut:

  1. Suku Domo Jorong Koto lamo: Datuak Bandaro ,
  2. Suku Melayu Jorong Batu Balah: Datuak Sati,
  3. Suku Piliang Jorong Boncah: Datuak Paduko Rajo
  4. Suku Pagar Cancang Jorong Koto Masjid: Datuak Gindo Simarajo), dan ditambah
  5. Petinggi adat Nagari (Tungku Tigo Sajarangan)  serta bundo kanduang dengan Pemerintah Kabupaten di Istano (surau/balai) nagari Gunuag Malintang.

Masing-masing Datuak tersebut mempunyai Istano (Surau yang dihias), begitu juga dengan Pemerintahan nagari. Dan selama 5 (lima) hari berturut-turut keempat suku tersebut bersilaturahmi ke setiap Istano Datuak-datuak tersebut. Misalnya, hari pertama yang berlaku sebagai tuan rumah adalah Suku Domo, maka ketiga suku lainnya (Suku Melayu Jorong Batu Balah: Datuak Sati, Suku Piliang Jorong Boncah: Datuak Paduko Rajo, Suku Pagar Cancang Jorong Koto Masjid: Datuak Gindo Simarajo) akan bersilaturahmi ke Istano Dt. Bandarao, begitu juga sebaliknya dihari ke dua sampai hari ke empat. Dan pada hari kelima, keempat suku akan bersilaturahmi ke Istano Pemerintahan Nagari.

Secara sepintas kita melihat alek bakajang ini hanya sebagai silaturahmi biasa. Namun jika dilihat lebih dalam lagi, para pelaku alek bakajang ini adalah para pemuda, niniak mamak, alim ulama, pemerintah nagari, tokoh masyarakat, PKK/Bundo Kanduang, para perantau, dan seluruh aspek masyarakat dari 4 (empat) suku berbeda yang ada di Gunuang Malintang. Dalam perbedaan, mereka masih bisa hidup saling bahu-membahu, mulai dari yang tua sampai ke yang muda, para petinggi dan rakyatnya, kaum laki-laki dan perempuannya, tentunya dalam keadaan rukun dan damai.

Disitulah letak tidak biasanya Alek bakajang Nagari Gunuang Malintang ini. Disaat perkembangan zaman mulai menggiring masyarakat Minang lainnya menjadi manusia yang individualis, Masyarakat Minang yang ada di Nagari Gunuang Malintang Kecamatan Pangkalan Koto Baru ini justru masih sanggup menjaga nilai-nilai luhur nenek moyang orang Minang Kabau dulunya dan bahkan mewarisinya kepada calon generasi penerusnya.

Berita terkait
Selasa, 26 September 2017 2,014 Dibaca
Senin, 21 Agustus 2017 1,612 Dibaca
Sabtu, 27 Mei 2017 1,739 Dibaca
share Bagikan berita
facebook Facebook
whatsapp Whatsapp
twitter Twitter
`

Feedback